Sabtu, 29 Desember 2012

Tanda Cinta Kepada Allah


Kecintaan kepada Allah merupakan dasar untuk menjadikan amal yang saleh dan ibadah yang benar. Amal tanpa didasari cinta akan merusak amal yang dikerjakannya, tetapi sebaliknya apabila amal berdasarkan cinta akan menghasilkan amal saleh yang akan dihayati dengan mendalam.[i] Ketika seorang muslim mencinta Allah, maka ia akan rela melaksanakan segala perintahnya. Itulah tanda cintanya kepada Allah. Tanda lain dari mencintai Allah adalah banyak berdzikir, kagum, ridha, berkorban, takut, berharap, dan taat kepada Allah.[ii]
Banyak berdzikir
Allah adalah yang paling pantas untuk diharapkan dan ditakuti, maka sudah sepatutnya pada Dialah seorang muslim banyak berdzikir (mengingat dan menyebut), sebab banyak mengingat dan menyebut Allah merupakan salah satu sebab kemenangan sebagaimana yang diungkapkan dalam surat Al-Anfal ayat 45.[iii]
Kagum
Mencintai sesuatu karena ada kekaguman, seperti kagum karena kecantikan, kemurahan, penyayang dan sebagainya. Dalam hubungan cinta dengan Allah, seorang muslim senantiasa mengagumi kehebatan Allah. Kagum terjadi karena adanya simpati dan rasa senang terhadap objek yang dikenalnya. [iv] Allah-lah yang memiliki segala sifat kesempurnaan. Oleh karena itu, Allah pula yang paling berhak untuk mendapat segala bentuk pengagungan.[v]
Ridha
Ciri cinta yang lain adalah ketika hati kecil rela kepada yang dicintai. Juga rela berkorban bagi kepentingan yang dicintainya. Allah berfirman bahwa keridhaan yang patut adalah keridhaan kepada Allah dan Rasul-Nya. Ridha kepada Allah dan Rasul-Nya berarti rela melakukan semua perintah-Nya dengan baik, bahkan dilaksanakan dengan senang hati.[vi]
Berkorban
Mengenal Allah dan Rasul-Nya akan mewujudkan kerelaan untuk berkorban. Berkorban adalah konsekuensi dari rasa cintanya kepada sesuatu. Cinta kepada keluarga berarti siap mengorbankan uang, waktu, tenaga dan pikiran untuk kepentingan keluarga. Cinta tidak dapat diwijudkan tanpa adanya pengorbanan. Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya berarti harus berani berkorban untuk membela syariatnya. Seorang muslim tidak hanya mengamalkan nilai perintah-Nya tetapi berkorban untuk membela sebagai wujud dari cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.[vii]
Takut
Cinta memiliki rasa takut dalam bentuk harap dan cemas. Takut kepada yang dicintainya bukan berarti karena kesadisan dan kejahatannya, tetapi karena adanya harapan dan kecemasan dalam penantian. Cinta kepada anak dalam bentuk memberikan harapan agar anak bisa berhasil di masa depan dan khawatir apabila harapan tersebut tidak dapat terpenuhi. Takut kepada Allah karena memiliki harapan agar Allah mengabulkan doa dan cemas apabila Allah tidak mengabulkan doanya.[viii]
Berharap
Cinta juga diwujudkan dalam mengharap kepada sesuatu. Harapan kepada Allah melalui doa biasanya dilakukan karena ada daftar keinginan yang perlu disampaikan kepada yang dicintai yaitu Allah. Mengharap bertemu dengan Allah di akhirat dan mengharap rahmat dari Allah adalah ciri orang yang beriman. Allah berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 21 bahwa ciri orang yang beriman adalah orang yang banyak menyebut nama Allah dan mengharapkan rahmat Allah.[ix]
Taat kepada Allah
Mentaati yang dicintainya adalah bukti dari kecintaann kita kepada Allah. Taat berarti mematuhi keinginan dan mengikuti kehendak yang dicintainya. Banyak contoh dalam masyarakat tentang seorang remaja yang mencintai seseorang, ia bersedia mengikuti apa yang dikehendaki orang tersebut walaupun kehendak tersebut tidak disenanginya. Alangkah baiknya mentaati Allah yang dicintainya karena akan membawa kepada kebaikan daripada mentaati selain Allah.[x]

[i] Dr. H. Irwan Prayitno, Psi. M.Sc dan Datuak Rajo Bandaro Basa. Kepribadian Muslim: Panduan Bagi Da’I dan Murabbi. (Jakarta: Mitra Grafika, 2005). hlm. 201.
[ii] Jasiman, Lc. Syarah Rasmul Bayan Tarbiyah. (Solo: Auliya Press, 2005). Hlm. 79.
[iii] Ibid.
[iv] Dr. H. Irwan Prayitno, Psi. M.Sc dan Datuak Rajo Bandaro Basa. op.cit. hlm. 204.
[v] Jasiman, Lc. op.cit. hlm80.
[vi] Dr. H. Irwan Prayitno, Psi. M.Sc dan Datuak Rajo Bandaro Basa. op.cit. hlm. 204.
[vii] Ibid. hlm. 205.
[viii] Ibid.
[ix] Ibid. hlm. 206.
[x] Ibid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar